MENERIMA
ROH KUDUS MELALUI PENYEMBAHAN
Oleh : Che Ahn (Pendeta Senior di Harvest Rock Church,
Pasadena, California, AS)
Sesungguhnya, Roh Kudus bersemayam di atas puji-pujian umatNya. Dalam versi baru Alkitab bahasa Inggris, kata inhabit (menetap) diubah menjadi enthroned (bertakhta). Kata yang diterjemahkan sebagai "inhabit" dari bahasa Ibrani duduk, tinggal, diam atau menikah. Allah, wujud manusia dari Roh Kudus, tidak hanya tertarik pada puji-pujian umatNya tetapi berjanji untuk hidup dan tinggal secara intim di dalam puji-pujian. Inspirasi yang luar biasa bagi kita untuk menyembah dengan sungguh-sungguh!
Penyembahan adalah pemujaan terhadap Allah dan bagaimana Ia layak untuk dipuji. Ia layak untuk dipuji. Seseorang pernah berkata bahwa peneguhan adalah adalah oksigen bagi jiwa. Kita semua sangat menyukai peneguhan yang tulus. Dalam cara yang sama, Roh Kudus sangat suka berada bersama dengan mereka yang dengan tulus membesarkan, menyembah dan memuliakan Allah. Penyembahan adalah cara yang luar biasa untuk menghormati dan menyambut Roh Kudus. Saya yakin bahwa sekali kemuliaan datang pada sebuah gereja dan orang-orang mendengar bahwa kemuliaan Allah hadir di tengah-tengah Saudara, mereka akan berbaris antri berjam-jam sebelum kebaktian dimulai hanya untuk merasakan saat-saat kehadiranNya. Orang-orang yang tidak percaya juga akan datang dan menyerahkan hati mereka kepada Yesus. Ilustrasi yang jelas tentang bagaimana kehadiran Roh Kudus datang saat kita menyembah ditemukan dalam buku kedua kitab Tawarikh (II Tawarikh 5:12-14).
Sekali kemuliaan datang - manifestasi kehadiran Roh Kudus - selanjutnya bukanlah apa-apa! Para imam itu tidak dapat melanjutkan kewajiban mereka karena kehadiran kemuliaan Allah yang luar biasa. Aktifitas terhenti, dan yang tertinggal hanyalah Tuhan. Penyembahan mengundang Roh untuk datang dalam kemuliaan dan kuasa. Itu adalah satu alasan mengapa Allah mencari para penyembah.
ROH KUDUS MENCARI PARA PENYEMBAH
Dalam kitab Yohanes 4, kita melihat dialog yang menarik antara Yesus dengan
seorang wanita Samaria. Orang Samaria dan orang Yahudi menghargai
tempat-tempat kudus untuk tujuan penyembahan. Orang Yahudi memenangkan
Yerusalem; orang Samaria memenangkan Gerizim. Tetapi Yesus
menitikberatkan pada wanita itu (dan pada kita) bahwa Allah tidak memberkati
tempat tertentu, tetapi lebih kepada orang-orang yang menyembahNya dalam roh dan
kebenaran, tidak peduli di mana lokasi mereka. (Yohanes 4:23-24).
Kita menemukan tiga pandangan penting
dari ayat ini. Pertama, Allah akan berkunjung di mana ada penyembahan yang
benar, tanpa memperhatikan tempat. Apakah Saudara berada dalam penjara
atau katedral yang luar biasa, Tuhan akan menghormati dan menerima mereka
yang menyembahNya dalam roh (roh manusia, dengan pertolongan Roh Kudus).
Kedua, penyembahan bukanlah tindakan pasif di pihak Allah. Kata
"mencari" adalah kata kerja aktif. Ini berarti bahwa Allah
menempatkan prioritas tinggi pada penyembahan; Ia dengan aktif dan
berhasrat mencari penyembah-penyembah yang benar.
Akhirnya, Yesus berkata bahwa Allah
adalah Roh. Allah Roh Kudus sedang mencari para penyembah karena Allah
adalah Bapa. Jadi dengan menyembah Allah dalam roh dan kebenaran, kita
juga menghormati dan menyambut Roh Kudus. Kita mengerti kebenaran dari
kata-kata ini saat Yesus mengunjungi rumah Maria dan Marta (Lukas
10:38-42). Siapakah yang benar-benar menyambut Yesus dalam ayat ini?
Dalam keadaan normal, seseorang akan berkata Marta- tuan rumah yang bertanggung
jawab yang nampaknya sedang menyiapkan masakan bagi Rabi. Maria hanya
duduk di kaki Yesus, mendengarkan kata-kataNya dan menanggapinya dengan kasih,
pemujaan dan penyembahan. Yesus memuji Maria karena telah memberi apa yang
Ia inginkan. Keramah-tamahan yang baik berarti menenuhi keinginan yang
sesungguhnya dari tamu Saudara, bukan apa yang Saudara anggap akan dibutuhkan
oleh tamu tersebut. Maria adalah yang sungguh-sungguh menyambut Yesus
dalam ayat ini.
Ketika kita diam dan duduk di kaki Yesus, dengan penuh perhatian mendengarkan
dan mencari wajahNya dalam penyembahan (ketimbang menyibukkan diri kita dengan
apa yang kita pikir penting), dengan begitu kita benar-benar menyambut Roh
Kudus.
ROH KUDUS INGIN KITA MENCARI WAJAHNYA (II
Tawarikh 7:14)
Saya telah mendengar ayat ini diajarkan dan dikutip dalam persekutuan doa dan
kebaktian yang tak terhitung banyaknya dalam tahun-tahun belakangan ini.
Karena kita lapar akan kebangunan, ayat ini telah menjadi ayat penanda bagi
negeri kita! Tetapi seringkali kita menempatkan fokus pada kerendahan
diri, doa dan berbalik dari jalan-jalan kita yang jahat tanpa sungguh-sungguh
mencari wajahNya. Saya yakin mencari wajah Allah adalah kondisi mutlak
untuk mencari kebangkitan di masa kita.
Mencari wajahNya berbeda dengan mencari tanganNya. Mencari tanganNya adalah meminta Allah untuk membantu atau memberi tanda. Seperti seorang pengemis yang minta pertolongan berharap Saudara akan memasukkan tangan Saudara ke dalam saku dan mengeluarkan uang, kita sering mencari tangan Allah. Tetapi mencari wajah Allah adalah menyembah Dia. Mencari wajah Allah berarti mendengarkan Allah, memandang wajahNya dalam kesukaan - tidak memintaNya tetapi mencari apa yang ada di hatiNya dari ekspresi wajahNya. Mencari wajah Allah berarti mengkomunikasikan kasih dan penyembahan Saudara kepadaNya tanpa berpikir apa yang akan Saudara terima sebagai timbalbaliknya.
Perhatikan pasangan yang sedang jatuh cinta. Mereka sering saling memandang. Dengan memandang mata seseorang, Saudara dapat secara intim dan komplit untuk mengkomunikasikan kasih, kesukaan dan pemujaan yang Saudara miliki bagi kekasih Saudara.
Kesukaan dan kehadiran Roh Kudus mungkin
hadir di antara kita sementara waktu karena kita berdoa dan meminta kebangunan,
tetapi dengan penyembahan yang intim dan tidak memusatkan pada diri sendiri,
maka Ia akan menetap.
Prinsip dengan penuh kuasa diilustrasikan dengan kunjungan yang datang ke
Houston saat teman baik saya Tommy Tenney sedang melayani di sana. Inilah
yang terjadi :
Tommy adalah pembicara tamu di Christian Tabernacle, gereja Houston berjemaat
puluhan ribu orang di mana Pendeta Richard Heard dan banyak para tetua lainnya
berdoa bagi kebangunan untuk beberapa tahun. Pada pagi itu, pujian dan
penyembahan di kebaktian awal meningkat pada tingkatan yang jarang mereka
rasakan atau lihat sebelumnya. Tommy berkata kepada seperti kereta api
pengantin dalam pernikahan putri Diana: HadiratNya datang, dan kemudian
terus datang dan datang. Pendeta itu menoleh pada Tommy dan bertanya
apakah ia siap untuk berbicara. "Jujur saja," jawabnya,
"Saya agak takut untuk naik ke atas sana. Saya rasa sesuatu akan
segera terjadi." Pendeta itu berkata agar ia sebaiknya membaca dari
Kitab Suci dan bahwa ia telah mendapatkan sesuatu kata dari Tuhan. Saat
pendeta Heard naik ke atas mimbar yang berteknologi tinggi dan terbuat dari
akrilik yang tidak dapat pecah, ia membuka Alkitabnya dan membaca dengan lantang
II Taw. 7:14. "Firman Tuhan kepada kita adalah supaya kita berhenti
mencari keuntungan-keuntungan dariNya dan mencariNya. Kita tidak mencari
tanganNya lagi tetapi mencari wajahNya."
Kemudia sesuatu terjadi di dalam gereja. Walaupun tidak ada hujan atau
halilintar di luar, angin bertiup keras, dan terdapat kilatan seperti halilintar
dan mimbar tempat Pendeta Heard berdiri terbelah. Ia terlempar ke
belakang, jatuh di lantai, tidak mampu bergerak selama berjam-jam. Mimbar
itu terlempar ke depan jatuh terbelah dua di lingkungan altar yang berkarpet,
selamanya tidak dapat digunakan. Kehadiran Allah sangat kuat di gereja itu
sehingga orang-orang yang tiba di pelataran parkir di luar untuk kebaktian
kedua, jatuh dari mobil mereka saat mereka membuka pintu mobil dan keluar.
Pertemuan itu berlanjut dan berlanjut sampai sore dan hari berikutnya dan
minggu-minggu berikutnya orang bertemu dengan Allah, diselamatkan, dibebaskan,
disembuhkan dan dipulihkan. Kejadian itu meninggalkan kesan pada Tommy
yang tidak akan pernah ia lupakan. Saat saya bertanya padanya setahun
kemudian seperti apa itu, matanya dipenuhi air mata, "saya tidak dapat
berbicara tentang hal itu," katanya.
ROH KUDUS MEMULIHKAN PENYEMBAHAN DAUD
Dalam KPR. 15, Yakobus berbicara pada para pemimpin gerja di Yerusalem saat ia
mengutip ayat yang sangat menarik dari kitab Amos. (KPR. 15:15-18)
Yakobus dan Amos memberitahu kita bahwa tiga hal akan terjadi :
(1) Allah akan membangun kembali
Pondok Daud yang telah roboh;
(2) Pondok Daud mewakili pola dan hasrat penyembahan yang Allah hargai;
(3) Sebagai hasilnya para orang Yahudi yang percaya (sisanya) akan
menyembah Tuhan dan bangsa-bangsa akan datang kepada Kristus dan menyembahNya.
GPdI Maranatha Medan