IDENTITAS DALAM KRISTUS
Istilah "identitas dalam Kristus" sebenarnya tidak dipakai dalam
Alkitab, tetapi konsepnya diajarkan berulang kali, khususnya di dalam Alkitab
Perjanjian Baru. Masalah identitas sangat penting sekali, sebab pada dasarnya
hidup manusia dibentuk dari bagaimana ia menerima identitasnya. Bagaimana
seseorang bersikap, berrespon, dan bereaksi terhadap lingkungan hidupnya adalah
tergantung (sadar atau tidak sadar) pada persepsi terhadap dirinya sendiri.
Jika seorang Kristen tidak memiliki perbedaan secara mendasar dengan orang yang
bukan Kristen, atau jika cara mereka memandang diri mereka tidak ada bedanya
dengan orang yang bukan Kristen, maka hidup orang Kristen akan menjadi hidup
yang biasa saja dan hampir tidak ada bedanya dengan mereka yang bukan Kristen.
Hidup yang demikian akan menghasilkan kekalahan yang berulang-ulang dalam
menjalani hidup Kristennya. Musuh kita, si Iblis, akan memanfaatkannya dengan
membebani kita dengan rasa bersalah karena hidup Kristen kita hanya akan
dikacaukan dengan tuntutan aturan-aturan legalistik. Jika gagal keselamatan kita
akan dipertanyakan dan akhirnya kita akan menerima keberadaan hidup rohani yang
naik-turun (ups and downs) sebagai keadaan yang normal. Orang Kristen yang kalah
akan mengakui keburukan dan kecenderungan mereka untuk berbuat dosa. Sekalipun
telah berusaha melakukan yang lebih baik, namun hatinya tetap mengakui bahwa dia
hanyalah seorang pendosa yang diselamatkan oleh anugerah dan tidak ada yang
dapat dilakukan selain menunggu kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Mengapa ini menjadi gambaran kebanyakan hidup orang Kristen? Jawabannya
adalah karena ketidaktahuan mereka akan identitas yang benar di dalam Kristus.
Karya Penebusan Kristus yang mengubah para pendosa menjadi orang kudus merupakan
karya terbesar yang Allah kerjakan di dunia ini. Perubahan yang terjadi di dalam
diri manusia ini akan berpengaruh sejak kita menerima keselamatan. Sedangkan
perubahan yang dilihat dari luar masih akan terus menerus berlangsung hingga
akhir hidupnya, inilah yang disebut sebagai proses 'pengudusan'
(sanctification). Tetapi karya pengudusan yang terus menerus ini baru akan
mempunyai pengaruh luar biasa dan penuh dalam hidup seseorang pada saat terjadi
transformasi diri yang radikal, yaitu ketika seseorang seorang yang percaya
menerima sifat baru di dalam Kristus, yang disadarinya dan diterimanya melalui
iman.
Manusia baru yang kita terima dari Kristus akan mendapat identitas yang sama
dengan Kristus, yaitu kesamaan:
1. Dalam kematian-Nya
Roma 6:3,6; Galatia 2:20; Kolose 3:1-3
2. Dalam penguburan-Nya Roma 6:4
3. Dalam kebangkitan-Nya Roma 6:5,8,11
4. Dalam hidup-Nya
Roma 5:10-11
5. Dalam kuasa-Nya
Efesus 1:19-20
6. Dalam warisan-Nya
Roma 8:16-17; Efesus 1:11-12
Rasul Paulus menjelaskan dalam 1 Timotius 1:15 bahwa dirinya adalah orang yang
paling berdosa. Namun, pernyataan ini dibuat jelas dalam konteks (ayat 12-16)
yang menunjukkan keadaannya sebelum ia diselamatkan. Dia membuat pernyataan yang
serupa tentang kejatuhan harga dirinya dalam 1 Korintus 15:9, tetapi pada ayat
berikutnya ia mengungkapkan, "Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku
tidak sia-sia." (ayat 10). Semua yang dibutuhkan untuk kehidupan yang kudus
sudah kita miliki melalui kuasa Tuhan yang kita warisi dari Kristus yang hidup
di dalam kita (2 Petrus 1:3; Galatia 2:20; Roma 8:37). Identitas dan tujuan
orang percaya adalah di dalam Kristus. Dia menjadi pelaku Firman Tuhan karena
dia telah ada di dalam Firman. Dia tidak melakukannya supaya ia menjadi seperti
yang ada di dalam Firman. Tetapi, ia telah menjadi pelaku Firman yang taat
karena ia telah menjadi satu dengan Kristus (Yak. 1:22-25).
Di dalam Alkitab orang-orang yang percaya disebut sebagai "saudara",
"anak", "anak Allah", "anak terang", "terang
dalam Allah", "orang-orang kudus", dll. Tidak pernah Alkitab
menyebut orang yang percaya sebagai "pendosa", bahkan juga tidak
sebagai "pendosa yang diselamatkan oleh anugerah". Mengapa demikian?
Apakah orang yang percaya tidak lagi berdosa? Tentu saja orang yang percaya
masih bisa melakukan dosa. Sebutan-sebutan untuk orang percaya yang diberikan
oleh Alkitab tersebut adalah sesuai dengan identitas kita yang baru di dalam
Kristus. Mereka telah mati terhadap dosa dan kini hidup di dalam Kristus.
Kegagalan (kejatuhan dalam dosa) orang Kristen yang sejati tidak akan mengubah
atau menghentikan karya Penebusan Kristus. Tetapi hal ini tidak berarti
membenarkan orang Kristen gagal dan jatuh dalam dosa. Penebusan Kristus
memberikan kuasa kepada orang Kristen sejati karena Kristus yang tinggal di
dalam hati kita dan Dia tidak akan berubah. Jika seorang Kristen sejati menerima
identitasnya sebagai pendosa maka identitas utamanya adalah dosa itu sendiri.
Hal ini sangat bertentangan dengan apa yang telah dikatakan dalam Alkitab,
karena orang yang percaya telah dibenarkan oleh iman. Seandainya seorang Kristen
adalah pendosa, maka apa yang akan dilakukannya? Tentu berbuat dosa! Apa yang
dapat diharapkan dari seorang pendosa? Berbuat dosa! Seorang Kristen bukanlah
"pendosa yang diselamatkan oleh anugerah" tetapi "seorang kudus
yang karena keadaannya di dunia masih bisa berbuat dosa" Kuasa dosa
telah dipatahkan; kehendak manusia kini dapat memilih apa yang benar karena
kuasa Roh Kudus dan Kebenaran telah membebaskan manusia dari kuasa dosa (Yoh.
8:31,32). Orang percaya betul-betul bebas ketika melalui iman ia memilih untuk
"menjadi" seperti apa yang ada dalam kenyataan, yaitu bahwa ia sudah
"ada" di dalam Kristus.
-*- Sumber -*-
Judul Buku : Spiritual Conflicts and Counseling: the Work Book
Penulis : Anderson, Neil T.
Penerbit : Freedom in Christ Ministries
Halaman : 11 - 13
(Terima kasih kepada Bp. Wesley Tanudjaja yang telah
mengirimkan artikel ini. Admin)
GPdI Maranatha Medan